program kampanye airin rachmi diany 2011

program kampanye airin rachmi diany 2011
program kampanye airin rachmi diany 2011

Ratu Atut Chosiyah & Airin Rachmi Diany

Ratu Atut Chosiyah & Airin Rachmi Diany
Ratu Atut Chosiyah & Airin Rachmi Diany

Cah Pamulang Itu Airin Rachmi Diany Dan Ratu Atut Chosiyah

Cah Pamulang Itu Airin Rachmi Diany Dan Ratu Atut Chosiyah
Cah Pamulang Itu Airin Rachmi Diany Dan Ratu Atut Chosiyah

Total Tayangan Halaman

Jumat, 20 November 2009

Bicara Soal Sadomasochism Sex Mariska Lubis dari New Zealand


Saya tahu pasti kalau saya tidak memiliki kompetensi untuk membicarakan seputar sex, apalagi tentang fenomena Sadomasochism. Tapi entah kenapa saya tertarik untuk mengulas tulisannya Mbak Mariska Lubis di Kompasiana yang judulnya “ Sadomasochisme ”, oh ya mungkin ada yang tidak tahu Mariska ini konsultan seks loh,,,Oke saudara-saudara, inilah tulisan Mbak Mariska tersebut :
SUAMI atau istri. Salah satunya suka memukul dan menyiksa. Luka, lebam, dan patah tulang sudah biasa. Lapor polisi? Tidak Mau. Cerai? Kasihan anak. Kalau menurut saya, sih, memang doyan disiksa.


Seorang perempuan cantik sambil bercucuran air mata meminta tolong kepada sahabatnya. Dia bilang kalau dia sedang di rumah sakit. Kekasihnya baru saja memukuli dan menyiksanya di dalam mobil. Matanya biru kena tinju. Begitu juga dengan pipi dan rahangnya. Tangannya pun penuh dengan luka.

Panas hati sang sahabat. Geram. Kesal. Marah. Dia pun meminta agar sahabatnya itu untuk segera menjauh dari sang pacar dan melaporkannya ke polisi. Apa yang terjadi??? Dia tidak mau. Alasannya? Takut karena pacarnya itu seorang aparat. Selain itu, dia juga takut ketahuan suaminya. Dia memang selingkuh. Mengapa dia bisa selingkuh?


Ternyata dia sudah tidak tahan lagi dengan suaminya yang seringkali memukul dan menyiksanya. Bahkan di depan anak-anak mereka yang sudah menginjak usia remaja. Ditambah lagi suaminya itu sudah memiliki istri baru, sehingga dia juga merasa ditinggalkan.Pernah sekali waktu dia dipukuli, ditendang, dan dihajar habis-habisan oleh sang suami. Dia pun harus dirawat di rumah sakit berminggu-minggu karena mengalami kelumpuhan sementara.
Sahabat yang dimintai tolongnya itu pun menyarankannya untuk melapor ke polisi. Tidak mau, katanya. Alasannya? Kasihan anak-anak. Padahal anaknya yang paling besar sudah tidak tahan lagi melihat perlakuan ayahnya itu. Dia seringkali menangis dan bahkan pernah menuliskan sebuah surat berisi kepedihan dan keprihatiannya terhadap apa yang terjadi.

Kok, bisa dia menikah dengan pria seperti itu? Karena dia yang terbaik dari yang terburuk. Tiga mantan kekasihnya terdahulu juga sering memukul, menggampar, dan menyiksanya.Sahabatnya itu pun kemudian meminta tolong kepada saya untuk memberikan masukan bagaimana bisa membantu perempuan itu terlepas dari segala masalah yang ada.

Awalnya saya juga merasa sangat marah. Muaaaraaaahhhhh banget!!! Tetapi setelah melihat kronologis dan riwayat cerita perempuan ini, saya jadi bertanya-tanya dalam hati. Pertanyaan pertama yang terlintas adalah, apa betul ada orang yang seapes itu? Jangan-jangan dia hanya mengarang cerita saja. Bohong kali??? Namun setelah melihat data medisnya… hmmm… betul, tuh!!! Gimana dong?!

Pertanyaan berikutnya pun muncul. Kenapa dia tidak mau melepaskan diri dari orang-orang seperti itu? Apa memang dia tidak sengaja mendapatkannya atau memang dia suka dengan tipe pria semacam itu? Apa dia memang doyan disiksa? Puas kalau sampai babak belur??? Enak kalau tulangnya remuk???

Latar belakang keluarganya pun diselidiki. Ternyata ayahnya memang tukang pukul juga. Ibu, dia, dan saudara-saudaranya yang lain sudah ibarat samsak berjalan bagi bapaknya itu. Hampir setiap hari selalu saja ada jeritan dan isak tangis, dan tentu saja obat merah serta kompresan air dingin, muncul dari rumah mereka. Waduuuhhhh!!!

Saya pikir, dia sudah termasuk sebagai orang SM alias sadomasochism. Hanya bukan sebagai penyiksa tetapi berperan sebagai korban. Dia seperti merasa layak dan patut untuk mendapatkan semua itu. Kemudian dia menikmati segala bentuk siksaan dan penderitaan fisik itu yang justru bisa memberikannya ketenangan dan kepuasan tersendiri, baik disadari maupun tidak disadarinya. Kasihan banget, ya?!

Sedangkan kepuasan bathin lainnya yang dia dapatkan adalah apa yang saya sebut dengan istilah pain orgasmic. Merasa puas bila sudah dikasihani oleh orang lain. Makanya, dia terus-terusan ke sana sini menceritakan semua kesusahan dan kepedihan yang dialaminya. Dengan dikasihani, dia merasa mendapatkan perhatian, lalu… puas, deh!!! Hmmm….






Hanya ada satu pertanyaan yang pada akhirnya saya berikan untuk ditanyakan langsung oleh sahabatnya itu. Mau sembuh??? Benar-benar ingin sembuh??? Itu saja. Kalau mau sembuh, pertama, dia harus segera meninggalkan dunianya sekarang dan segera pergi meninggalkan semua pria-pria itu. Lalu, harus segera pergi berkonsultasi dan melakukan terapi dengan dokter jiwa. Tidak ada cara lain lagi .
Bila perempuan itu tetap memberikan sejuta alasan… beginilah, begitulah… sebaiknya mundur saja. Dia memang tidak ingin sembuh atau belum siap untuk sembuh. Jangan pernah menyalahkan diri sendiri dengan merasa tidak membantu. Terbalik kalau menurut saya. Dengan mundur, justru sudah membantunya dengan tidak terus-terusan mendapatkan pain orgasmic itu. Kasihilah dia dengan berdoa agar dia diberikan desempatan untuk sembuh oleh-Nya sebelum semuanya menjadi lebih hancur dan beratakan lagi. Doakan saja agar dia diberikan yang terbaik. Amin.

Begitu membaca artikel diatas, reaksi pertama saya adalah ‘ Heh ? ada ya yang kayak gitu ? ‘ Hmm…soal orang yang suka disakiti atau dikasari dalam konteks hubungan sex , saya memang tahu kalau itu ada. Tapi orang yang sehari-harinya menikmati penyiksaan demi mendapat kenikmatan ? are you serious it is real ? Oke, I know nothing about sex, and I know that mariska is an expert. Tapi saya masih belum percaya ada orang seperti itu. Saya jadi ingat pelajaran Sosiologi pas jaman SMA. Khususnya tentang bab Nilai dan Norma. Berhubung dah lumayan lama, maaf ya kalau lupa-lupa-ingat ^^.

Tidak seperti agama dan hukum yang memiliki dasar yang jelas yaitu kitab suci dan undang-undang, nilai tidak memiliki dasar yang sejelas itu. Setiap orang memegang teguh nilai yang seringkali berbeda. Kenapa berbeda ? Karena nilai diperoleh dari pengalaman seseorang selama hidup di lingkungan sosialnya. Misalnya saja factor daerah, orang Sumatra khususnya batak mungkin biasa bicara dengan nada yang tinggi walaupun dia tidak bermaksud untuk marah, karena bagi orang Sumatra itu biasa, beda dengan orang Sunda yang menganggap bicara dengan nada tinggi itu tidak sopan. Dapat dilihat bahwa dua suku ini menganut nilai yang berbeda.
Dalam kehidupan sehari-hari juga sering terjadi kesalahpahaman, yang mayoritas disebabkan oleh pergesekan nilai, yaitu suatu kondisi dimana dua individu men-judge sesuatu itu pantas atau tidak berdasarkan nilai yang berbeda. Ada orang yang menganggap sok kenal sok dekat itu oke, ada juga yang menganggap itu tidak sopan. Setiap hari kita menghadapi orang-orang yang menganut nilai yang berbeda dengan kita.

Oke, balik lagi soal Sadomasochisme. Menurut saya, wanita yang diceritakan dalam artikel tersebut bukanlah orang yang menikmati penyiksaan. Hanya saja berhubung dia latar belakang keluarganya memiliki ayah yang ringan tangan dan juga pacar yang ringan tangan, dia jadi menganggap kalau itu wajar, sama wajarnya dengan orang yang membentak ketika marah. Sehingga dia tetap bertahan, seperti hal nya kita yang memaafkan orang yang membentak kita saat dia marah pada kita.

Well, mungkin ini terdengar polos. Tapi ini kan hanya pendapat saya, tentu saja lebih baik anda percaya pada orang yang lebih kompeten dalam bidang ini ^^.

Cah Pamulang Itu Airin Rachmi Diany Dan Ratu Atut Chosiyah

Cah Pamulang Itu Airin Rachmi Diany Dan Ratu Atut Chosiyah
Cah Pamulang Itu Airin Rachmi Diany Dan Ratu Atut Chosiyah

Ratu Atut Muka Banci Kaleng